Kebijakan dan Sistem Nilai Tukar di Dunia
Pada umumnya, kebijakan nilai tukar
suatu negara diarahkan untuk mendukung neraca pembayaran
dan/atau membantu efektivitas kebijakan moneter. Penetapan nilai tukar yang overvalue dapat
mengakibatkan harga barang-barang ekspor menjadi lebih mahal
di luar negeri dan barang-barang impor menjadi lebih murah dan akhirnya neraca
perdagangan menjadi memburuk. Dalam kaitannya dengan kebijakan moneter, depresiasi
nilai tukar yang berlebihan dapat mengakibatkan tingginya laju inflasi sehingga
dapat mengganggu tujuan akhir kebijakan moneter untuk memelihara stabilitas
harga. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kebijakan nilai tukar yang tepat merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara.
Sejalan dengan tujuan
kebijakan nilai tukar, maka dikenal berbagai jenis sistem nilai tukar yang
digunakan oleh suatu negara khususnya lagi setelah runtuhnya sistem nilai tukar
Bretton Woods. Berdasarkan perkembangan terakhir, terdapat kecenderungan
negara-negara dunia menggunakan sistem nilai tukar mengambang. Namun, masih
terdapat beberapa negara yang menggunakan sistem nilai tukar tetap ataupun
variasi dari sistem nilai tukar mengambang dengan sistem nilai tukar tetap.
Corden (2002) mengklasifikasikan sistem nilai tukar ke dalam tiga kelompok, yaitu
1) sistem nilai tukar tetap murni (Absolutely fixed rate regime),
2) sistem nilai tukar mengambang murni (Pure floating regime),
3) system nilai tukar tetap tetapi dapat disesuaikan (Fixed But
Adjustable Rate/FBAR) yang merupakan kombinasi sistem nilai tukar tetap dan
mengambang.
Berikut adalah gambar Sistem Nilai Tukar
Demikianlah gambaran umum tentang sistem nilai tukar di dunia di blog selanjutnya saya akan membahas tentang definisinya satu-persatu berikut dengan turunannya.
Referensi :
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar